Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita
Mahabharata, yaitu
pertempuran besar di daratan
Kurukshetra antara para Pandawa dengan para
Korawa serta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa main dadu.
Menurut tradisi
Hindu, kelima putra Pandu tersebut merupakan penitisan tidak secara langsung dari masing-masing Dewa. Hal tersebut diterangkan sebagai berikut:
Setelah membaca artikel diatas, tentu saja kita ingin mengetahui secara lebih lanjut siapa sajasih Panca Pandawa ini bukan ? berikut adalah sedikit penjelasan tentang kelima saudara ini :
Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa
Yama dan lahir dari
Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan
Dhramasuta (putera
Dharma),
Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan
Bhārata (keturunan
Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah
perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara
Aswamedha demi menyatukan
kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung
Himalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.
Bima merupakan putra kedua
Kunti dengan
Pandu. Nama
bhimā dalam
bahasa Sanskerta memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa
Bayu sehingga memiliki nama julukan
Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata
gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki
Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam
pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras
rakshasa bernama
Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya,
Yudistira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung
Himalaya. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca ialah
Antareja dan
Antasena.
Arjuna merupakan putra bungsu
Kunti dengan
Pandu. Namanya (dalam
bahasa Sanskerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa
Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai
ksatria terbaik oleh
Drona. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat
pertempuran akbar di Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya
Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara
Rajasuya yang diselenggarakan
Yudistira);
Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa
Indra saat berada di
surga);
Partha (putera
Kunti– karena ia merupakan putra Perta alias
Kunti). Dalam
pertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan
Yudistiradiangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung
Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.
Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan
Madri dan
Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama
Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama
Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa
Aswinjuga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh
Kunti, istri
Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata
pedang.
Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan
Yudistira. Dalam penyamaran di
Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja
Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung
Himalayabersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.
Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan
Madri dan
Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama
Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama
Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa
Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh
Kunti, istri
Pandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu
astronomi.
Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan
Brihaspati, guru para
Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di
Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja
Wirata, ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung
Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.
Berikut silsilah keluarganya
Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, tiga di antaranya (
Yudistira,
Bima, dan
Arjuna) merupakan putra kandung
Kunti, sedangkan yang lainnya (
Nakula dan
Sadewa) merupakan putra kandung
Madri, namun ayah mereka sama, yaitu
Pandu.
Menarik bukan ? Cerminan Panca Pandawa ini juga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari - hari yakni cerminan dari sifat - sifat panca pandawa itu sendiri.
Karena pengetahuan yang telah bertambah karena artikel diatas, saya berharap dapat bermanfaat. Cheerss!!!